Kamis, 16 September 2010

[BIJAK INSIDE] BECAUSE NOT ALL (KARENA TAK SEMUA)

 “Kalau kau tak sanggup menjadi pohon beringin, yang tumbuh perkasa di puncak bukit, Jadilah pohon peneduh di tepi jalan raya, yang menaungi pejalan kaki dari sengat mentari siang;

"If you can not afford a banyan tree, which grows strong at the top of the hill, Let there be shade trees along the highway, which is sheltering pedestrians from the sting of the afternoon sun;





 Kalau kau tak sanggup jadi pohon peneduh di tepi jalan raya, jadilah semak belukar ditanggul sungai yang akarnya jauh tertanam ke dalam tanah;

If you can not afford to be shade trees along the highway, be a bush on the riverbank with roots far embedded into the ground;





 Kalau kau tak sanggup jadi semak belukar ditanggul sungai, jadilah bunga bakung disudut ladang, yang berbunga bunga diam-diam di musim kemarau maupun penghujan;

If you can not afford to be bush in the creek bank, be the lilies of the field corner, a flower blooming quietly in the dry and rainy seasons;





Kalau kau tak sanggup menjadi bunga bakung disudut ladang, jadilah rumput kecil yang tumbuh di jalan setapak menuju mata air kehidupan;

If you were not able to corner the lilies of the field, be a little grass growing on the path to the fountain of life;



 Karena tak semua harus menjadi besar, tegar dan perkasa.

Because not all have to be big, strong and mighty.



 Dan nilai hidupmu tidak ditentukan oleh besar kecilmu, tetapi oleh makna yang kau berikan kepada kehidupan.”

And your life is not determined by the value of your youth, but by the meaning you give to life. "

Kamis, 19 Agustus 2010

SATU LAGI INSPIRASI INDONESIA LEWAT LIPUTAN 6 AWARDS 2010


Secara tidak sengaja pada tanggal 21 Juli 2010, sekitar jam 23.00 WIB  saya menyaksikan sebuah program acara di SCTV bertajuk LIPUTAN 6 AWARDS 2010 sayapun teringat akan sebuah ajang penghargaan yang pernah saya tonton beberapa waktu lalu yakni KICK ANDY AWARD. Sekilas saya melihat perhelatan acaranya sangatlah sederhana bila dibandingkan perhelatan ajang penghargaan lainnya yang dipenuhi oleh selebriti-selebriti top negeri ini, panggung nan megah, tatanan lampu bak diskotik dan segala sesuatu yang serba “wah…!”. Namun dibalik kesederhanaan perhelatan acaraini muncullah hal-hal yang sangat TULUS yakni pada saat bintang tamu yang membacakan nominasi/pemenang dimana mereka merasa terhormat untuk membacakannya dan disatu sisi mereka malu terhadap para nominasi tersebut (sesuatu yang jarang terjadi pada saat ini), apalagi oleh orang-orang yang merasa “Besar”, dan apa yang diucapkan sang pemenang penghargaan tersebut dimana bukan ungkapan dan teriakan yang bertele-tele namun air mata yang menetes dari pelupuk mata mereka sebagai ungkapan terima kasih seraya berkata mereka bukan apa-apa dan mereka bukan siapa-siap. Wow…. Sesuatu yang AWESOME. Sungguh luar biasa pengabdian mereka. Tiada ada kata yang lebih tepat dari “kemauan keras untuk mengabdi”  bagi sesama.   Gambaran dari moral yang sangat tinggi yang tidak dapat dinilai dengan ukuran “materi”. Ditengah-tengah gejolak riuh rendah dan hiruk pikuknya topik tentang rendahnya moral yang tengah melanda negeri ini, ditengah begitu banyaknya orang yang hanya “omong besar” tanpa kelihatan karyanya, ternyata masih ada orang-orang yang berhati mulia seperti mereka. Mereka membawa nilai kemanusiaan yang sangat luhur nilainya.   Betapa kontrasnya hal ini ?!
Demi dan atas nama kemanusiaan mereka menerima “award” ini….!
Orang-orang yang tidak banyak omong, akan tetapi langsung berbuat untuk mengangkat harkat sesama, menyelamatkan “masa depan suram” dari anak-anak yang terpaksa hidup tanpa belas kasih ayah dan ibunya, atas nasib perempuan-perempuan kita, atas kemewahan dan horror yang muncul di perfilman dan pertelevisian kita, atas tanah kita berpijak yang makin terkikis, dan masih banyak lagi. Mereka adalah “the man of action”, tanpa banyak yang mengetahuinya, tanpa upaya gembar-gembor. Mereka adalah Sang Pahlawan !
Pemenang “awards” ini terpilih oleh Tim verifikasi atas dedikasi dan karyanya yang mampu memberdayakan masyarakat serta memberikan inspirasi bagi kemajuan bangsa.
 

Selasa, 20 Juli 2010

JADIKAN KOMODO SEBAGAI BAGIAN DARI SEJARAH DUNIA


Intermezzzo :

Bila kita adalah facebookers, jangan hanya sebagai fans atau followers New7wonders

Bila kita adalah twitterers, jangan hanya #RT atau followers Vote_Komodo atau New7wonders

Jangan hanya menjadi salah satu pengunduh video panas AP,LM,CT dan menempatkannya sebagai pengunduh terbanyak dalam sehari didunia, menjadikannya sebagai trending topic
KENALAN SAMA KOMODO YUKKKK…….!

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hanya hidup di pulau Komodo, Rinca, Gili Motang, dan Gili Dasami serta beberapa pulau kecil di selat antara Sumbawa dan peisisir barat serta utara Flores, Nusa Tenggara Timur. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
 
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m dan beratnya sekitar 70 - 150 kg. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

 Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram, namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii). Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam.


Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.

Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih.

Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Mereka aktif pada siang hari, walaupun terkadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak. Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter; serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.


Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya. Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa.

Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai, penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu tiba di dekat tempat sembunyi komodo, hewan ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.

Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh. Air liur yang kemerahan dan keluar dalam jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo terkadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu menjadi rebah. Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan, komodo bernafas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya. Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar, hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan. Setelah makan, komodo menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri. Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan. Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel; perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo, sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri.